Amerika Serikat menetapkan standar, apa yang disebut organik adalah makanan yang "100% organik" dan "organik" (untuk yang setidaknya 95%) diproduksi tanpa hormon, antibiotik, herbisida, insektisida, pupuk kimia, radiasi untuk mematikan kuman, atau tanaman/ hewan yang mengalami modifikasi genetis (GMO, genetically modified organism).
Tanaman organik memakai pupuk kandang dan mengharamkan pestisida. Dipanen sesuai ketentuan, sebulan ya sebulan. Jika pakai pupuk kimia bisa panen lebih cepat, dan hasil produknya lebih besar. Petani mengolah sendiri pupuk kompos atau humus, dan untuk mengusir hama digunakan strategi penyilangan atau dikombinasi dengan daun bawang.
“Sayur organik lebih garing, lebih manis dan rasanya lebih alami,” ujar Stevan Lie. “Cabe dan kemangi lebih pedas, dan ketimun lebih kecil tapi lebih banyak airnya,” timpal Hariyanto.
Walau tubuh kita memiliki ginjal, liver, dan sebagainya yang berfungsi sebagai penyaring dan pembuang racun, “Tapi kalau perangkat tubuh itu terus-terusan dipaksa bekerja keras karena kita mengonsumsi makanan tak sehat, lama-lama jebol juga,” tambah Stevan.
Ia sarankan tindakan preventif, jangan setelah terkena penyakit baru berobat. Ongkosnya lebih mahal. Jika dua hari kita konsumsi makanan tak sehat, kita masih punya lima hari untuk menjaga baik-baik pola makan. Syukur jika akhirnya selama seminggu makan makanan sehat.
Lagi pula, karena tak merusak tanah dalam jangka panjang, beda dengan pupuk kimia, maka tanaman organik disebut tanaman masa depan. “Di Jepang dan Amerika Serikat konsumennya fantastis. Kalangan tertentu tak sudi lagi mengonsumsi makanan nonorganik, yang mereka sebut makanan konvensional,” imbuh Hariyanto bersemangat.
Hanya, karena kuantitas produksinya tak bisa banyak, maka harganya menjadi lebih mahal. Bukankah kesehatan kini menjadi barang mahal?
Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872
Tidak ada komentar:
Posting Komentar