Permintaan Udang Organik dari Pasar Dunia Terus Meningkat
Jakarta, Kompas - Kecenderungan masyarakat dunia untuk mengonsumsi makanan organik ternyata tidak semata-mata hanya produk sayur-sayuran. Minat itu mulai meluas, yakni pada sejumlah produk kelautan seperti udang organik. Peminat pada umumnya adalah masyarakat Jepang, Kanada, dan Uni Eropa. Harga komoditas ini tiga kali lipat dari udang yang diproduksi dengan teknologi tinggi.
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri di Jakarta, Sabtu (2/4), mengatakan, permintaan udang organik di pasar dunia mencapai ribuan ton per tahun. Akan tetapi, cuma bisa dipenuhi puluhan ton karena budidayanya masih terbatas.
Keterbatasan pasokan juga disebabkan oleh produktivitas udang yang dibudidaya secara organik selalu rendah. Dalam sekali panen maksimal satu ton per hektar. Rendahnya panen karena tak mengandalkan pakan dari industri, melainkan dari plankton atau pakan organik seperti kompos.
Dengan pola budidaya itu harga udang organik 20 dollar AS per kg, sedangkan harga udang dengan pestisida maksimal 7 dollar AS per kg.
"Permintaan udang organik yang tinggi merupakan bagian dari keinginan hidup sehat yang bebas dari pestisida dan bahan-bahan kimia lain. Fenomena ini akan terus berkembang dan meningkat sehingga perlu segera diantisipasi," kata Rokhmin.
Segera dikembangkan
Di Indonesia, jelas Rokhmin, usaha budidaya udang organik baru dilakukan di Sidoarjo, Jawa Timur. Namun, usaha tersebut masih sangat terbatas dan kecil. Selain itu, ada juga budidaya ikang bandeng organik yang dilakukan di Indramayu. Semua itu masih berskala kecil sehingga sulit bermain di pasar global.
Ketua Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN) Shidiq Moeslim mengakui adanya permintaan bahan-bahan organik. Di sejumlah negara, seperti Vietnam, budidaya organik mulai dikembangkan secara optimal.
Untuk mencegah manipulasi produk, sebuah lembaga khusus yang independen telah dibentuk masyarakat pencinta makanan organik. Tugas lembaga itu adalah mengawasi pelaksanaan usaha budidaya organik di seluruh penjuru dunia.
Indonesia, menurut Shidiq, memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan budidaya organik sebab 80 persen dari kegiatan budidaya masih dilakukan secara tradisional. Itu berarti, pakan yang digunakan umumnya masih mengandalkan bahan-bahan yang tersebar di alam bebas.
"Jika potensi ini disentuh dengan penyadaran, serta pemberian wawasan yang lebih luas tentang budidaya organik kepada petani maupun pengusaha udang, saya yakin Indonesia mampu berperan penting. Petani dan petambak kita sebetulnya sudah sangat menguasai teknik budidaya organik sebab hal itu sudah diketahui sejak kecil," tutur Shidiq. (JAN)
Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea
Tidak ada komentar:
Posting Komentar