Makanan organik? Seperti apa itu? Jangan-jangan malah tidak ada rasanya. Itulah anggapan yang muncul selama ini karena kurangnya informasi. Padahal itu justru makanan sehat yang bahan bakunya tumbuh tanpa pestisida, tanpa pupuk kimia dan tak ada rekayasa genetika.
Produk jadi dalam kemasannya pun tanpa pengawet, tanpa penambah rasa dan tidak menggunakan zat warna. Selain itu tetap ada ikan dan daging sapi organik.
Dalam era modern ini, terutama di kota besar seperti Jakarta, yang setiap harinya terjadi polusi, hidup sehat lewat pola makan sangat penting. Mengonsumsi makanan organik merupakan salah satu cara untuk menjaga hidup selalu sehat.
“Sudah waktunya kita menjaga kesehatan lewat pola makanan dengan menu makanan organik,” kata Anti Suryaman, License Compliance Manager PT Microsoft Indonesia.
Ketika ditemui di Restoran Organik Healthy Choice di kawasan Kemang saat makan malam, Anti bersama dua putrinya, Fadia, 7, dan Icha, 5, sedang menyantap wakame ramen atau mi rumput laut, sup kesehatan dengan bumbu organik plus tahu dan telur. Sementara minumannya dia memilih bragg vinegar drink, minuman vinegar dengan tambahan madu.
Anti memang orang yang gemar makan sayur-sayuran, tapi bukan berarti tidak memakan daging. Sedangkan untuk ikan, dia menyukai berbagai jenis.
“Makanan organik ini menyehatkan. Sebelumnya saya pikir tak enak, ternyata lezat, dan fresh,” ujarnya seraya menambahkan bahwa dirinya akan senantiasa mengonsumsi makanan organik.
Di restoran organik ini, selain disediakan berbagai menu, juga tersedia produk makanan kemasan yang kebanyakan diimpor dari Taiwan, AS, Jerman, Swiss, Australia dan Selandia Baru. “Bahan lokalnya beras, sayur, telur ayam dan ayam. Tapi daging ayam sekarang distop,” kata Stevan Lie, direktur operasional Healthy Choice.
Menurut dia, ayam dipakai hanya untuk kaldu, tapi sekarang cenderung lebih ke vegetarian dengan memakai kombu, sejenis rumput laut terutama untuk yang vegeta- rian. “Di sini bukan restoran vegetarian, tapi kami menyediakannya. Kami merupakan pionir untuk healthy food yang dimulai pada 2001,” paparnya.
Awal berdirinya restoran orgnik ini dari klinik detox yang tujuannya untuk proses pencucian usus besar. Pencucian usus besar ini bukan hanya untuk mereka yang punya masalah dengan usus besar.
Bagi kebanyakan orang memang ada kerancuan soal makna organik. Makanan organik berbeda dengan vegetable walau dari media yang sama yaitu tanah.
Beda pula dengan makanan dari hidroponik yang bermedia air. Organik dalam penanamannya tanpa menggunakan pestisida, tanpa pupuk kimia, yang digunakan pupuk alami dan tak ada rekayasa genetika.
Berlakunya lebih pendek
Nah bicara soal produk jadi, makanan organik dalam kemasan tanpa pengawet, tanpa penambah rasa dan tanpa zat pewarna. Karena itu masa berlakunya lebih pendek yaitu enam bulan sampai sembilan bulan, beda dengan produk non organik yang masa kadaluwarsanya sampai dua tahun. “Bisnis ini termasuk berisiko tinggi,” kata Stevan.
Untuk sapi organik, dalam pemeliharaannya harus diberi rumput organik dan tidak pernah disuntik antibiotik.
Awalnya lima tahun lalu, Riani Susanto N.D membuka klinik pengobatan herbal. Para pasiennya disarankan untuk mengonsumsi makanan sehat organik. Tapi kemudian mereka bertanya di mana membelinya.
Ubah paradigma
Yang paling dekat waktu itu di Singapura. Setelah Riani Susanto bertemu dengan Stevan, sarjana teknik industri lulusan Universitas Trisakti, pada 2002 mulai menyediakan makanan organik dan dua tahun kemudian di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta membuka detox center, organic store dan organic resto dengan nama Healthy Choice. Pada akhir tahun lalu dibuka cabang di kawasan Kemang Raya.
Memperkenalkan makanan organik tak mudah karena harus mengedukasi dan mengubah paradigma lama bahwa makanan sehat tak bedanya seperti makanan rumah sakit yang rasanya tak enak.
Padahal, kata Stevan, makanan organik ini seperti makanan pada umumnya, hanya mengubah bumbu masaknya misalnya tak menggunakan bumbu penyedap, seperti laksa yang disajikan tak pakai santan, tapi menggunakan susu kacang kedele.
Gorengannya pun menggunakan minyak yang terbuat dari biji anggur yang memiliki titik didih tinggi. Minyak zaitun baik tapi titik tingginya hanya sampai 80 derajat Celcius.
“Kami punya tujuan idealis menyediakan makanan organik ini, selain bisnis yang mencari profit. Di sini tak ada resep yang dirahasiakan, dapurnya terbuka dan bila pengunjung mau tahu cara memasaknya, diberikan penjelasan,” ujar Stevan seraya menambahkan bahwa dengan cara demikian pihaknya ikut menyehatkan masyarakat lewat makanan organik.
Pada kenyataannya memang masih banyak yang berpikiran, dengan tidak memakan makanan organik tak apa-apa. Memang, di tubuh manusia ada ginjal yang mampu menyaring racun dari makanan, tapi seberapa lama kekuatan ginjal itu melawan racun yang setiap hari dikonsumsi. Apalagi usia semakin tua.
“Makanan organik ini sangat baik terutama untuk orang yang ingin hidup sehat, apalagi yang berusia 40 tahun hingga 60 tahun” kata Jacob Suntoso, pengusaha yang bergerak di bidang properti.
Jacob menjaga kesehatan sejak usia 25 tahun dengan mengonsumsi sereal setiap hari untuk sarapan dan makan malam. “Kecuali ada acara dinner,” katanya.
Untuk makan siangnya, kata Jacob, bebas saja, tapi tetap memilih makanan sehat dan banyak minum air putih.
Untuk menjaga kesehatan, pria yang tidak merokok dan tidak mengonsumsi minuman beralkohol itu selalu mengurangi makanan berlemak. Selain sereal, setiap pagi dia mengonsumsi buah-buahan dan pada siang hari tak lupa minum jus. “Biar hidup sehat dan urusan lancar,” katanya sambil tertawa.
Menurut Jacob, kalau mau mencari makanan sehat di Jakarta, tak banyak yang komplet. Yang jelas, makanan sehat ini beda rasa dengan makanan pada umumnya, karena tak menggunakan bumbu penyedap.
“Di restoran lain kebanyakan menggunakan bumbu penyedap, kecuali makanan Jepang.”
Sementara musisi jazz ternama, Ireng Maulana, 61, sudah menjadi langganan restoran organik Healthy Choice sejak tahun lalu di kawasan Kebon Jeruk.
“Aneh dan keren kemasannya. Saya menyukai karena rasanya enak yang banyak terbuat dari tumbuh-tumbuhan dan sayur mayur,” katanya.
Ireng memang menghindari mengonsumsi daging kecuali ikan. Pemusik jazz itu mengonsumsi makanan organik di restoran langganannya itu paling tidak seminggu dua kali.
Bila ke restoran organik, Ireng memilih sup tom yam yang menggunakan cuka apel dan ikan dory yang diimpor dari Vietnam. Menu utamanya nasi goreng Hawaii yang disajikan di buah nanas. Sedangkan minuman favoritnya es teh ala Thailand. “Saya bisa minum tiga gelas,” katanya sambil tertawa.(Herry Suhendra/JBBI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar