Tanah Subur Menghasilkan Beras Organik
SALAH satu risiko sebuah daerah yang mengandalkan pertanian adalah berkurangnya kesuburan tanah akibat produktivitas pertanian yang terus diupayakan naik. Dengan tekad ingin mengembalikan kesuburan tanah itulah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen mencanangkan program penanaman padi organik.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sragen Suwarto mengatakan, pencanangan padi organik yang menggunakan pupuk alami merupakan salah satu usaha yang digunakan mengembalikan kesuburan tanah serta meningkatkan produktivitas hasil pertanian.
"Kami berharap, penggarapan lahan pertanian dengan pupuk organik juga dapat meningkatkan pendapatan sebagian besar masyarakat Sragen yang lebih dari 60 persen merupakan petani. Kalau kualitas beras tinggi, harganya juga semakin tinggi," kata Suwarto.
Sebenarnya, secara sporadis, petani Sragen telah menggunakan pupuk kompos yang dibuat dari kotoran hewan dan tumbuh-tumbuhan. Namun, pupuk organik ini tidak dapat digunakan seratus persen dalam pertanian organik.
"Para petani masih harus mencampur dengan pupuk urea sesuai komposisi yang seimbang dan tetap saja yang paling banyak pupuk organiknya," jelas Suwarto. Contohnya saja, bila memakai pupuk buatan dibutuhkan pupuk urea tiga kuintal per hektar. Tetapi, bila memakai pupuk organik, pemakaian pupuk urea 100 hingga 150 kilogram.
Selain itu, pemkab juga mengimbau petani untuk tidak menggunakan pestisida. Menurut Suwarto, penggunaan pestisida dalam pertanian dapat merusak kesehatan petani dan juga merusak hasil pertanian.
"Kita juga bisa kena dampak pestisida kalau mengonsumsi hasil pertanian seperti buah- buahan atau sayuran," tambah Suwarto.
Dalam usahanya menggalakkan pertanian organik ini, Pemkab Sragen mengerahkan sekitar 140 penyuluh pertanian. Mereka selalu memberikan penjelasan tentang pengolahan pertanian yang baik. Mereka membawahi hampir 1.400 kelompok tani di 20 kecamatan.
Dalam setahun, rata-rata luas panen di Sragen 86.676 hektar. Meski dapat dikatakan sebagai penghasil beras yang cukup besar, pertanian di Sragen juga sempat kekeringan.
Misalnya, tahun 2002 lalu, kekeringan melanda sekitar 7.430 hektar dari seluruh luas tanam 40.000 hektar. Namun, tidak semua wilayah mengalami kekeringan total atau puso. Wilayah yang mengalami puso 1.945 hektar.
Seorang petani di Desa Jetak, Kecamatan Sidoharjo, Suwandi menceritakan beberapa tahun lalu, ia menggunakan pupuk urea terus-menerus untuk sawahnya yang ditanami padi.
"Lama-kelamaan sawah saya, tanahnya menjadi keras dan produksi beras menjadi jelek. Kemudian, saya mulai menggunakan pupuk kompos yang dibuat oleh kelompok tani di desa saya. Sekarang, hasilnya cukup bagus dan tanahnya juga tidak keras sekali," kata Suwandi.
Ia mengatakan beberapa tahun lalu, ketika ia masih menggunakan pupuk urea dengan jumlah yang sangat banyak, tanah pertaniannya menjadi keras sehingga tidak ada cacing yang bisa hidup. Kini, sawah seluas seperempat hektar miliknya sudah banyak cacing yang dapat menyuburkan kembali tanahnya.
Wilayah Sragen terbagi dua yaitu sebelah selatan Bengawan Solo yang tanahnya subur dan sebelah utara Bengawan Solo yang berbukit, tanah kapur dan kurang subur. Karena itu, selain dukungan hasil pertanian, Sragen juga memiliki andalan di bidang peternakan dan perikanan. Sejak otonomi daerah, pengelolaan ketiga bidang ini dijadikan yaitu Dinas Pertanian.
Suwarto mengatakan untuk petani yang tinggal di sebelah utara Sungai Bengawan Solo, menanam palawija. Misalnya, di Kecamatan Tanon, Kecamatan Prupuk dan Kecamatan Jenar.
"Mereka sudah mengerti kalau menanam di situ banyak risikonya. Seperti pada musim kering, sering gagal panen karena hanya mengandalkan air hujan," kata Suwarto.
Selain pertanian, Sragen juga mengandalkan bidang perikanan. Apalagi, Sragen memiliki wilayah genangan Waduk Kedungombo sekitar 2.300 hektar. Dengan aset genangan waduk inilah dikembangkan perikanan darat.
Produksi ikan darat yang paling banyak di Sragen adalah ikan nila merah yang pengembangannya melalui karamba (jaring apung dari kurungan dari anyaman bambu). Saat ini, hampir sekitar 1.000 petak jaring apung yang beroperasi di genangan waduk yang masuk di wilayah Sragen.
Hasil produksi ikan nila merah, menurut Suwarto, dipasarkan sampai keluar wilayah Sragen seperti Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Blitar, Nganjuk, Bojonegoro serta kota lainnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Dalam sehari, ikan yang dikirim ke luar Sragen 1,5 ton sampai dua ton," kata Suwarto. Adapun pasar yang dimasuki para penghasil ikan nila mereka meliputi pasar tradisional, tempat pemancingan dan rumah makan.
Sumbangan bidang pertanian, peternakan dan perikanan ke pendapatan asli daerah (PAD) pun cukup besar yaitu Rp 1 milyar untuk tahun 2002. Angka ini diharapkan dapat dinaikkan lagi bila para petani dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian yang berefek pada peningkatan pendapatan.
Sementara itu, saat ini, Sragen juga sedang mengembangkan wilayah Sangiran Dome. Situs budaya yang berada di Kabupaten Sragen ini yang menyimpan fosil-fosil yang berhubungan dengan asal-usul manusia dan ilmu pengetahuan bertaraf internasional dan dilindungi undang-undang. Bupati Sragen Untung Wiyono merencanakan penataan kawasan Sangiran Dome dengan membangun menara pandang.
Selain gardu pandang, juga akan dibangun titik-titik situs yang pernah menghasilkan temuan-temuan penting di wilayah itu. Titik-titik situs itu akan ditandai dengan tonggak bendera yang dapat dilihat dari menara pandang.
Namun, rencana pengembangan Sangiran Dome ini masih menjadi pro dan kontra. Salah satu pihak yang mengecam adalah Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI) yang menganggap rencana itu dapat merusak situs budaya di kawasan itu. Kita lihat saja nanti, apakah rencana Kabupaten Sragen ini akan berhasil mengembangkan kawasan Sangiran. (Susi Berindra)
Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea
Senin, 17 Desember 2007
Tanah Subur Menghasilkan Beras Organik
Label:
artikel kesehatan,
GFO,
Makanan Organik,
Melilea,
susu kedelai,
tips sehat
Rabu, 12 Desember 2007
Makanan Organik
MAKANAN ORGANIK
DIRUMUSKAN OLEH PENELITI TERKENAL
Dr. Henry Chang ND (Naturopathy), PhD (Philosophy),
seorang penemu terkemuka dari The Organic Lifestyle (Gaya Hidup Organik) yang telah banyak memberikan sumbangsih dalam perkembangan perawatan alami dan makanan organik di seluruh dunia. Beliau menerima penghargaan karena penelitiannya yang mendalam, rumusan produknya yang sangat berkesan dan juga usaha beliau mendirikan Organic United Nations Friendship Association (OUNFA) pada tahun 1994.
MEMADUKAN 3 KHASIAT TERBAIK DUNIA
Fungsi-fungsi Makanan Organik :
Greenfield Organic adalah makanan alami yang dibuat dari 20 jenis lebih sayur-sayuran, buah-buahan dan biji-bijian, yang dihancurkan menjadi serbuk dibawah suhu rendah tanpa kelembaban, dengan teknologi tinggi.
Fungsi-fungsi Naturopati :
Bahan dasar Greenfield Organic adalah ramuan unik yang berfungsi membuang toksin (racun) dari tubuh kita. Siapa saja yang mengkonsumsi produk ini dalam 3 hari berturut-turut (berpuasa), biasanya akan mengalami pembersihan bagian dalam tubuhnya dengan menyeluruh.
Fungsi-fungsi Pengobatan Alami :
Greenfield Organic adalah keberhasilan yang cemerlang dari prinsip pengobatan modern yang memadukan teori detoksifikasi (pembuangan racun) yang unik serta manfaat makanan organik untuk mempercepat penyembuhan secara alami.
RAMUAN GREENFIELD ORGANIC
Havermut, spirulina, wortel, bayam, seledri, rempah-rempah, rumput laut, lobak/bit swiss, seledri air, enzim papaya, protein kedelai terhidrolisasi, kubis daun, jahe, dulse, parsley, protein kedelai.
AMAN bagi bayi, anak-anak dan wanita hamil.
TIDAK MENGANDUNG : Gula, garam, kanji, lemak, bahan pengawet, perasa buatan dan zat pewarna.
MEMBANTU DALAM MEMULIHKAN
� kanker
� tumor
� sembelit, wasir
� jerawat
� stroke, lumpuh
� terlalu gemuk dan terlalu kurus
� rematik, ngilu-ngilu
� lupus
� penyakit jantung
� bintik-bintik penuaan
� flek-flek pada wajah
� haid tidak normal, menopause, dan penuaan dini
� glukoma
� penyakit liver (hati)
� masalah pada usus dan pencernaan
� penyakit maag (lambung)
� kencing manis (diabetes)
� penyakit kulit dan alergi
� insomnia, sulit tidur, dan lain-lain
CARA MENGKONSUMSI
� Masukkan 1 sendok-takar Greenfield Organic ke dalam 350 ml air putih biasa/dingin ke dalam gelas yang tertutup.
� Dikocok/shake sebentar sampai larut dan segera diminum (jangan sampai mengental).
� 30 menit kemudian minum 350 ml air putih kembali.
� Usahakan sesering mungkin minum air putih untuk memperlancar pengeluaran toksin/racun tubuh.
� Untuk lebih nikmat diminum, dapat dicampur dengan susu kedelai, jus buah segar (jeruk, apel, dan lain-lain).
TAHUKAH ANDA ? .......
Bahaya Makanan Terhadap Tubuh kita
Pendapat Ahli 1
Menurut pakar patologi terkenal serta pemenang hadiah Nobel Mal Nikoff "Makanan tersumbat dalam sistem usus akan bertukar menjadi kotoran yang berbahaya, ini secara tidak langsung meracuni tubuh lalu mendatangkan penyakit dan memperpendek umur". Ini menerangkan diagnosis 'Self Induced Poisoning' dalam bidang kedokteran.
Pendapat Ahli 2
Henry B. Beyler seorang Doktor Amerika telah membuat 4 (empat) kesimpulan dari pengalaman beliau di bidang kesehatan selama 55 tahun :
(1) Penyebab segala macam penyakit bukan dari bakteri, melainkan racun yang berawal dari keracunan makanan. Racun ini menyebabkan rusaknya sel tissu sehingga terjangkit bakteri.
(2) Dalam banyak masalah penggunaan obat untuk penyembuhan penyakit berbahaya, efek samping dari obat tersebut bisa membawa maut/kematian.
(3) Makanan organik adalah pilihan terbaik untuk merawat penyakit dan menguatkan tubuh.
(4) Naturopati memadukan teori dan praktikal pemahaman pengobatan alami, manusia mengalami sakit karena toksin yang terkumpul secara terus menerus di dalam tubuh.
SISTEM PENCERNAAN
Panjang system pencernaan manusia 6 kali tinggi badannya atau lebih kurang 10 meter, sangat panjang dan berliku-liku penempatannya, sehingga tidak mudah untuk merawatnya.
Survei menunjukkan 90% penyakit yang diderita manusia saat ini bermula dari usus besar (kolon), karena efek timbunan racun (toksin) dalam tubuh yang sulit dikeluarkan.
Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea
DIRUMUSKAN OLEH PENELITI TERKENAL
Dr. Henry Chang ND (Naturopathy), PhD (Philosophy),
seorang penemu terkemuka dari The Organic Lifestyle (Gaya Hidup Organik) yang telah banyak memberikan sumbangsih dalam perkembangan perawatan alami dan makanan organik di seluruh dunia. Beliau menerima penghargaan karena penelitiannya yang mendalam, rumusan produknya yang sangat berkesan dan juga usaha beliau mendirikan Organic United Nations Friendship Association (OUNFA) pada tahun 1994.
MEMADUKAN 3 KHASIAT TERBAIK DUNIA
Fungsi-fungsi Makanan Organik :
Greenfield Organic adalah makanan alami yang dibuat dari 20 jenis lebih sayur-sayuran, buah-buahan dan biji-bijian, yang dihancurkan menjadi serbuk dibawah suhu rendah tanpa kelembaban, dengan teknologi tinggi.
Fungsi-fungsi Naturopati :
Bahan dasar Greenfield Organic adalah ramuan unik yang berfungsi membuang toksin (racun) dari tubuh kita. Siapa saja yang mengkonsumsi produk ini dalam 3 hari berturut-turut (berpuasa), biasanya akan mengalami pembersihan bagian dalam tubuhnya dengan menyeluruh.
Fungsi-fungsi Pengobatan Alami :
Greenfield Organic adalah keberhasilan yang cemerlang dari prinsip pengobatan modern yang memadukan teori detoksifikasi (pembuangan racun) yang unik serta manfaat makanan organik untuk mempercepat penyembuhan secara alami.
RAMUAN GREENFIELD ORGANIC
Havermut, spirulina, wortel, bayam, seledri, rempah-rempah, rumput laut, lobak/bit swiss, seledri air, enzim papaya, protein kedelai terhidrolisasi, kubis daun, jahe, dulse, parsley, protein kedelai.
AMAN bagi bayi, anak-anak dan wanita hamil.
TIDAK MENGANDUNG : Gula, garam, kanji, lemak, bahan pengawet, perasa buatan dan zat pewarna.
MEMBANTU DALAM MEMULIHKAN
� kanker
� tumor
� sembelit, wasir
� jerawat
� stroke, lumpuh
� terlalu gemuk dan terlalu kurus
� rematik, ngilu-ngilu
� lupus
� penyakit jantung
� bintik-bintik penuaan
� flek-flek pada wajah
� haid tidak normal, menopause, dan penuaan dini
� glukoma
� penyakit liver (hati)
� masalah pada usus dan pencernaan
� penyakit maag (lambung)
� kencing manis (diabetes)
� penyakit kulit dan alergi
� insomnia, sulit tidur, dan lain-lain
CARA MENGKONSUMSI
� Masukkan 1 sendok-takar Greenfield Organic ke dalam 350 ml air putih biasa/dingin ke dalam gelas yang tertutup.
� Dikocok/shake sebentar sampai larut dan segera diminum (jangan sampai mengental).
� 30 menit kemudian minum 350 ml air putih kembali.
� Usahakan sesering mungkin minum air putih untuk memperlancar pengeluaran toksin/racun tubuh.
� Untuk lebih nikmat diminum, dapat dicampur dengan susu kedelai, jus buah segar (jeruk, apel, dan lain-lain).
TAHUKAH ANDA ? .......
Bahaya Makanan Terhadap Tubuh kita
Pendapat Ahli 1
Menurut pakar patologi terkenal serta pemenang hadiah Nobel Mal Nikoff "Makanan tersumbat dalam sistem usus akan bertukar menjadi kotoran yang berbahaya, ini secara tidak langsung meracuni tubuh lalu mendatangkan penyakit dan memperpendek umur". Ini menerangkan diagnosis 'Self Induced Poisoning' dalam bidang kedokteran.
Pendapat Ahli 2
Henry B. Beyler seorang Doktor Amerika telah membuat 4 (empat) kesimpulan dari pengalaman beliau di bidang kesehatan selama 55 tahun :
(1) Penyebab segala macam penyakit bukan dari bakteri, melainkan racun yang berawal dari keracunan makanan. Racun ini menyebabkan rusaknya sel tissu sehingga terjangkit bakteri.
(2) Dalam banyak masalah penggunaan obat untuk penyembuhan penyakit berbahaya, efek samping dari obat tersebut bisa membawa maut/kematian.
(3) Makanan organik adalah pilihan terbaik untuk merawat penyakit dan menguatkan tubuh.
(4) Naturopati memadukan teori dan praktikal pemahaman pengobatan alami, manusia mengalami sakit karena toksin yang terkumpul secara terus menerus di dalam tubuh.
SISTEM PENCERNAAN
Panjang system pencernaan manusia 6 kali tinggi badannya atau lebih kurang 10 meter, sangat panjang dan berliku-liku penempatannya, sehingga tidak mudah untuk merawatnya.
Survei menunjukkan 90% penyakit yang diderita manusia saat ini bermula dari usus besar (kolon), karena efek timbunan racun (toksin) dalam tubuh yang sulit dikeluarkan.
Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea
Label:
artikel kesehatan,
GFO,
Makanan Organik,
Melilea,
susu kedelai,
tips sehat
Sabtu, 01 Desember 2007
Sehat Dengan Makanan Organik
Ramai-ramai Konsumsi Makanan Organik!
Tingginya bahaya polusi dan hal-hal yang berbau kimiawi, mengundang sebagian orang untuk mulai menyadari pola hidup sehat. Salah satunya, dengan mengonsumsi makanan organik, yakni bahan makanan yang bebas kimia. Beberapa artis pun mengikuti tren positif makanan organik.
Saat mengandung tiga tahun lalu, Melly gemar mengonsumsi sayuran organik. Kebetulan, di depan rumahnya di kawasan Ciburial, Puncak, terbentang kebun sayur dan buah organik milik tetangga. Sayangnya, Melly keguguran. Ia kembali ke Jakarta namun tidak meninggalkan hobinya mengonsumsi sayur dan buah organik.
Apalagi, ia sudah merasakan khasiatnya. "Dulu aku sering kena batuk-pilek. Tapi, percaya enggak percaya, selama mengonsumsi segala macam bahan makanan yang organik, aku merasa lebih sehat. Rasanya juga lebih fresh, enak di perut, dan kulit jadi bagus," ungkap Melly.
Tak cuma mengonsumsi, Melly akhirnya mulai berbisnis sayuran dan buah organik. Sistemnya masih delivery. "Kalau ada yang pesan, saya ambil dari perkebunan Permata Hati di Puncak." Jadilah tiap dua kali seminggu Melly turun ke kebun, memilih sendiri sayur dan buah. "Setelah dua tahun dijalani, sekarang saya punya banyak konsumen."
Meningkatnya permintaan, membuat Melly memutuskan membuat kios mungil ukuran 3 X 3 m persegi di bilangan Kemang Timur. Namanya, Organic Vegetables. Di dalam bangunan berdinding bata itu, terdapat bermacam-macam bahan organik. Mulai dari sayuran, kacang-kacangan, buah, dan umbi-umbian. Belakangan, Melly juga menjual beras dan beras merah organik yang diambil dari Yogya. "Sedangkan ayam dan telur organik, didrop dari Bandung. Juga ada dried food yang diimpor dari Jerman dan Australia, seperti garam, gula, susu, bihun, pasta, minyak goreng, dan lainnya."
Sejak buka kios pertengahan tahun ini, Melly bukan saja bertindak sebagai penjual, tapi juga "juru kampanye". Soalnya, "Banyak yang belum tahu makanan organik. Bahkan di awal-awal promosi, aku sampai bagi-bagi selebaran tentang makanan organik. Kayak juru kampanye," ujarnya sambil tertawa.
Memang, kata Melly, sayur dan buah organik harganya lebih mahal. Apalagi kalau sudah masuk di supermarket, bisa berlipat-lipat harganya. "Kalau aku, sih, enggak mau jual mahal-mahal. Niatku, selain berbisnis, ingin berbagi kepedulian hidup sehat," ujar Melly yang mengaku hanya mengambil sedikit keuntungan.
Mahalnya sayur dan buah orgaik, lanjut Melly, karena penghasil makanan organik masih jarang dan ragamnya masih sedikit. Produksinya pun tergantung musim. "Selain itu, untuk menghasilkan makanan organik, perlu lebih banyak tenaga kerja. Tanaman harus satu per satu diperiksa," ujar Melly yang terobsesi memiliki kebun sendiri plus supermarket tempat ia memasarkan hasil kebunnya.
Kini, menjelang Lebaran, Melly dan suaminya, Prakaca, sedang sibuk menyiapkan parsel berisi makanan organik. Harganya berkisar antara Rp 350 ribu-Rp 750 ribu. "Pikir-pikir, kan, bagus, ya, kalau memberi hadiah makanan sehat. Makanya, sejak awal puasa kemarin, aku sudah mulai bikin," kata Melly yang sudah dapat sekitar 20 pesanan parsel.
Anak Sampai Pembantu Makan Sayur Organik
Seperti halnya Lucy, Sophie juga tahu soal khasiat makanan organik dari kegemarannya membaca. "Tapi waktu mau cari makanan organik, susah banget. Lalu, waktu hamil, aku berniat mengonsumsi makanan sehat. Nah, mulai, deh, aku hunting makanan organik yang kandungan kimianya betul-betul nol. Waktu itu, hanya bisa didapat di sebuah supermarket yang segmennya orang bule di Jakarta," ujar artis cantik ini.
Meski harganya tiga kali lipat dari bahan makanan yang biasa, "Demi anak yang ada dalam kandungan, saya tetap membeli." Ketika Rangga Namora Putra Bharata (11 bulan) mulai diperkenalkan pada makanan padat, Sophie memberinya sayuran organik.
Waktu itu, cerita Sophie, "Saya sempat frustrasi juga karena kesulitan mencari ragam sayuran organik. Masak Rangga hanya dikasih bayam, wortel, dan tomat setiap hari? Aku sampai mencari ke setiap supermarket besar di Jakarta."
Beruntung ia akhinya mendapat info bahwa Melly Manahutu berbisnis sayuran organik. "Ternyata harga di toko dia, lebih murah. Ragam sayurannya pun lebih banyak." Alhasil, makanan padat organik untuk Rangga pun mulai beragam, seperti ayam, bihun, beras merah, kentang, pasta, kacang kapri, hingga kacang hijau. Buah-buahan juga tersedia. "Mau alpukat, stroberi, dan mangga, juga ada."
Belakangan, Sophie yang sempat berhenti makan sayuran organik usai melahirkan, memutuskan kembali ke bahan-bahan organik. "Aku pikir, kenapa enggak sekalian buat sekeluarga? Efisien juga, kan, enggak harus belanja dan masak dua kali," kata istri Pongki Jikustik ini. Sejak itu, ia membeli makanan organik dalam partai besar. "Tak hanya sayur dan buah, beras, ayam, gula, kacang-kacangan, dan pasta, juga yang organik." Sampai ke pembantu dan pengasuh anaknya, "Semua sama, makan makanan organik."
Ketika Rangga memasuki usia 10 bulan, Sophie mulai menggunakan garam organik. Pasalnya, garam organik tidak melalui proses bleaching dan lebih alami. "Memang, sih, harganya lebih mahal karena masih impor. Sebungkusnya Rp 18 ribu," kata Sophie yang sekali belanja sayuran bisa menghabiskan sekitar Rp 70 ribu. "Tapi itu untuk 2-3 hari."
Kini, Sophie mengaku mulai merasakan khasiat makanan organik yang dikonsumsinya. Badannya terasa lebih segar, sehat, dan ringan. "Untuk Rangga, hasilnya belum kelihatan banget. Cuma matanya lebih cemerlang. Mungkin karena vitamin yang terkandung dalam sayuran," papar Sophie yang merasa bangga lantaran sang anak sudah doyan makan sayuran dalam bentuk apa pun.
"Artinya, kan, meringankan tugas saya di masa depan, yaitu membiasakan anak untuk melihat sayur sebagai a way of life. Sebagai perempuan, kita punya tugas jadi istri dan ibu. Artinya, kita juga punya tanggung jawab menyehatkan keluarga. Apa yang kita taruh di meja makan, itu yang dimakan anak dan suami. Masak, sih, kita mau taruh sampah atau makanan yang enggak sehat?" katanya panjang lebar.
Menabung Untuk Hari Depan Yang Sehat
Dari bacaan yang dilahapnya, personel AB Three ini jadi merasa takut karena di mana-mana orang menggunakan pestisida, bahan pengawet, bahan kimia, pengawet, dan lainnya untuk mengolah bahan makanan. "Termasuk untuk makanan bayi. Padahal, semua itu bikin daya tahan tubuh bayi ringkih dan kalau terlalu lama menumpuk di tubuh, bisa jadi racun dan sumber penyakit," ujarnya serius.
Nah, ketika hamil, Lucy tak mau mengambil risiko untuk jabang bayinya. Ia pun mulai rajin mengonsumsi makanan organik. Bahkan setelah anaknya, Keitaro Jose Purnomo (1)
lahir hingga sekarang, selalu diberi makanan organik. "Aku, sih, enggak terlalu ketat harus makan makanan organik. Tapi kalau buat Keitaro, suatu keharusan. Jadi, setelah diberi ASI ekslusif dan mulai diperkenalkan pada makanan padat, sejak itu aku kasih jus sayuran atau buah organik," kisahnya antusias.
Yang kerap bikin Lucy pusing, sayuran organik amat tergantung pada musim. "Jika iklimnya tidak mendukung untuk panen, beberapa jenis sayuran susah didapat. Pernah aku sulit sekali menemukan brokoli, wortel, atau tomat. Sudah keliling ke beberapa toko, enggak ketemu juga. Untungnya, sekarang sudah mulai banyak dijual di supermarket. Jenisnya juga mulai beragam."
Ia lalu memberi contoh, "Dulu, mau bikin sayur sop yang bahan-bahannya organik, susah banget. Kentang dan daun seledrinya enggak ada," kata Lucy yang rajin berburu bahan makanan organik dua atau tiga kali dalam seminggu. "Bisa berjam-jam aku muter-muter mencari sayuran organik. Mulai dari yang dekat rumah di kawasan Pondok Indah, hingga dekat rumah orangtuaku di Jatibening. Soalnya, kata Lucy, sayur hanya tahan 2-3 hari sehingga ia harus sering mencari stok sayuran buat buah hatinya. "Untuk Keitaro, aku paling sering beli bayam, wortel, tomat, buncis, dan brokoli."
Sumber protein berupa daging dan ayam untuk anaknya, juga diusahakan memakai yang organik. "Ayam organik juga lebih tahan lama. Kalau menyimpannya bagus, bisa tahan sampai dua minggu. Tapi pernah juga, sih, kehabisan stok ayam organik. Akhirnya terpaksa pakai ayam kampung yang bebas suntikan hormon," kisahnya.
Soal harga yang lebih mahal, Lucy mengaku tidak terlalu mempermasalahkan. Demi anaknya, ia ingin mengupayakan yang terbaik. Jadi, beda Rp 5.000 hingga Rp 10.000, "Enggak masalah. Untuk masalah kesehatan, kita tidak usah lihat harga lagi, deh. Siapa lagi yang menghargai diri kita selain kita sendiri? Jadi, menurut aku, antara harga dan efek positif yang kita dapat, seimbang," kata Lucy yang dalam hal ini mendapat dukungan dari suami.
Targetnya, untuk Keitaro ia akan terus memberi asupan organik minimal sampai usia 5 tahun. Pasalnya, kalau sudah masuk usia sekolah SD, "Anak mulai berteman dan tahu jajan. Tidak bisa setiap saat kita mengontrol."
Masalah khasiat makanan organik, tambah Lucy, tak bisa dirasakan dalam sekejap. "Baru terasa dalam jangka waktu panjang. Mungkin 5-6 tahun lagi baru terasa, kita tidak rentan terhadap penyakit darah tinggi, jantung, kolesterol, dan sebagainya. Jadi, hitung-hitung menabung untuk hari depan yang lebih sehat, deh."
Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea
Tingginya bahaya polusi dan hal-hal yang berbau kimiawi, mengundang sebagian orang untuk mulai menyadari pola hidup sehat. Salah satunya, dengan mengonsumsi makanan organik, yakni bahan makanan yang bebas kimia. Beberapa artis pun mengikuti tren positif makanan organik.
Saat mengandung tiga tahun lalu, Melly gemar mengonsumsi sayuran organik. Kebetulan, di depan rumahnya di kawasan Ciburial, Puncak, terbentang kebun sayur dan buah organik milik tetangga. Sayangnya, Melly keguguran. Ia kembali ke Jakarta namun tidak meninggalkan hobinya mengonsumsi sayur dan buah organik.
Apalagi, ia sudah merasakan khasiatnya. "Dulu aku sering kena batuk-pilek. Tapi, percaya enggak percaya, selama mengonsumsi segala macam bahan makanan yang organik, aku merasa lebih sehat. Rasanya juga lebih fresh, enak di perut, dan kulit jadi bagus," ungkap Melly.
Tak cuma mengonsumsi, Melly akhirnya mulai berbisnis sayuran dan buah organik. Sistemnya masih delivery. "Kalau ada yang pesan, saya ambil dari perkebunan Permata Hati di Puncak." Jadilah tiap dua kali seminggu Melly turun ke kebun, memilih sendiri sayur dan buah. "Setelah dua tahun dijalani, sekarang saya punya banyak konsumen."
Meningkatnya permintaan, membuat Melly memutuskan membuat kios mungil ukuran 3 X 3 m persegi di bilangan Kemang Timur. Namanya, Organic Vegetables. Di dalam bangunan berdinding bata itu, terdapat bermacam-macam bahan organik. Mulai dari sayuran, kacang-kacangan, buah, dan umbi-umbian. Belakangan, Melly juga menjual beras dan beras merah organik yang diambil dari Yogya. "Sedangkan ayam dan telur organik, didrop dari Bandung. Juga ada dried food yang diimpor dari Jerman dan Australia, seperti garam, gula, susu, bihun, pasta, minyak goreng, dan lainnya."
Sejak buka kios pertengahan tahun ini, Melly bukan saja bertindak sebagai penjual, tapi juga "juru kampanye". Soalnya, "Banyak yang belum tahu makanan organik. Bahkan di awal-awal promosi, aku sampai bagi-bagi selebaran tentang makanan organik. Kayak juru kampanye," ujarnya sambil tertawa.
Memang, kata Melly, sayur dan buah organik harganya lebih mahal. Apalagi kalau sudah masuk di supermarket, bisa berlipat-lipat harganya. "Kalau aku, sih, enggak mau jual mahal-mahal. Niatku, selain berbisnis, ingin berbagi kepedulian hidup sehat," ujar Melly yang mengaku hanya mengambil sedikit keuntungan.
Mahalnya sayur dan buah orgaik, lanjut Melly, karena penghasil makanan organik masih jarang dan ragamnya masih sedikit. Produksinya pun tergantung musim. "Selain itu, untuk menghasilkan makanan organik, perlu lebih banyak tenaga kerja. Tanaman harus satu per satu diperiksa," ujar Melly yang terobsesi memiliki kebun sendiri plus supermarket tempat ia memasarkan hasil kebunnya.
Kini, menjelang Lebaran, Melly dan suaminya, Prakaca, sedang sibuk menyiapkan parsel berisi makanan organik. Harganya berkisar antara Rp 350 ribu-Rp 750 ribu. "Pikir-pikir, kan, bagus, ya, kalau memberi hadiah makanan sehat. Makanya, sejak awal puasa kemarin, aku sudah mulai bikin," kata Melly yang sudah dapat sekitar 20 pesanan parsel.
Anak Sampai Pembantu Makan Sayur Organik
Seperti halnya Lucy, Sophie juga tahu soal khasiat makanan organik dari kegemarannya membaca. "Tapi waktu mau cari makanan organik, susah banget. Lalu, waktu hamil, aku berniat mengonsumsi makanan sehat. Nah, mulai, deh, aku hunting makanan organik yang kandungan kimianya betul-betul nol. Waktu itu, hanya bisa didapat di sebuah supermarket yang segmennya orang bule di Jakarta," ujar artis cantik ini.
Meski harganya tiga kali lipat dari bahan makanan yang biasa, "Demi anak yang ada dalam kandungan, saya tetap membeli." Ketika Rangga Namora Putra Bharata (11 bulan) mulai diperkenalkan pada makanan padat, Sophie memberinya sayuran organik.
Waktu itu, cerita Sophie, "Saya sempat frustrasi juga karena kesulitan mencari ragam sayuran organik. Masak Rangga hanya dikasih bayam, wortel, dan tomat setiap hari? Aku sampai mencari ke setiap supermarket besar di Jakarta."
Beruntung ia akhinya mendapat info bahwa Melly Manahutu berbisnis sayuran organik. "Ternyata harga di toko dia, lebih murah. Ragam sayurannya pun lebih banyak." Alhasil, makanan padat organik untuk Rangga pun mulai beragam, seperti ayam, bihun, beras merah, kentang, pasta, kacang kapri, hingga kacang hijau. Buah-buahan juga tersedia. "Mau alpukat, stroberi, dan mangga, juga ada."
Belakangan, Sophie yang sempat berhenti makan sayuran organik usai melahirkan, memutuskan kembali ke bahan-bahan organik. "Aku pikir, kenapa enggak sekalian buat sekeluarga? Efisien juga, kan, enggak harus belanja dan masak dua kali," kata istri Pongki Jikustik ini. Sejak itu, ia membeli makanan organik dalam partai besar. "Tak hanya sayur dan buah, beras, ayam, gula, kacang-kacangan, dan pasta, juga yang organik." Sampai ke pembantu dan pengasuh anaknya, "Semua sama, makan makanan organik."
Ketika Rangga memasuki usia 10 bulan, Sophie mulai menggunakan garam organik. Pasalnya, garam organik tidak melalui proses bleaching dan lebih alami. "Memang, sih, harganya lebih mahal karena masih impor. Sebungkusnya Rp 18 ribu," kata Sophie yang sekali belanja sayuran bisa menghabiskan sekitar Rp 70 ribu. "Tapi itu untuk 2-3 hari."
Kini, Sophie mengaku mulai merasakan khasiat makanan organik yang dikonsumsinya. Badannya terasa lebih segar, sehat, dan ringan. "Untuk Rangga, hasilnya belum kelihatan banget. Cuma matanya lebih cemerlang. Mungkin karena vitamin yang terkandung dalam sayuran," papar Sophie yang merasa bangga lantaran sang anak sudah doyan makan sayuran dalam bentuk apa pun.
"Artinya, kan, meringankan tugas saya di masa depan, yaitu membiasakan anak untuk melihat sayur sebagai a way of life. Sebagai perempuan, kita punya tugas jadi istri dan ibu. Artinya, kita juga punya tanggung jawab menyehatkan keluarga. Apa yang kita taruh di meja makan, itu yang dimakan anak dan suami. Masak, sih, kita mau taruh sampah atau makanan yang enggak sehat?" katanya panjang lebar.
Menabung Untuk Hari Depan Yang Sehat
Dari bacaan yang dilahapnya, personel AB Three ini jadi merasa takut karena di mana-mana orang menggunakan pestisida, bahan pengawet, bahan kimia, pengawet, dan lainnya untuk mengolah bahan makanan. "Termasuk untuk makanan bayi. Padahal, semua itu bikin daya tahan tubuh bayi ringkih dan kalau terlalu lama menumpuk di tubuh, bisa jadi racun dan sumber penyakit," ujarnya serius.
Nah, ketika hamil, Lucy tak mau mengambil risiko untuk jabang bayinya. Ia pun mulai rajin mengonsumsi makanan organik. Bahkan setelah anaknya, Keitaro Jose Purnomo (1)
lahir hingga sekarang, selalu diberi makanan organik. "Aku, sih, enggak terlalu ketat harus makan makanan organik. Tapi kalau buat Keitaro, suatu keharusan. Jadi, setelah diberi ASI ekslusif dan mulai diperkenalkan pada makanan padat, sejak itu aku kasih jus sayuran atau buah organik," kisahnya antusias.
Yang kerap bikin Lucy pusing, sayuran organik amat tergantung pada musim. "Jika iklimnya tidak mendukung untuk panen, beberapa jenis sayuran susah didapat. Pernah aku sulit sekali menemukan brokoli, wortel, atau tomat. Sudah keliling ke beberapa toko, enggak ketemu juga. Untungnya, sekarang sudah mulai banyak dijual di supermarket. Jenisnya juga mulai beragam."
Ia lalu memberi contoh, "Dulu, mau bikin sayur sop yang bahan-bahannya organik, susah banget. Kentang dan daun seledrinya enggak ada," kata Lucy yang rajin berburu bahan makanan organik dua atau tiga kali dalam seminggu. "Bisa berjam-jam aku muter-muter mencari sayuran organik. Mulai dari yang dekat rumah di kawasan Pondok Indah, hingga dekat rumah orangtuaku di Jatibening. Soalnya, kata Lucy, sayur hanya tahan 2-3 hari sehingga ia harus sering mencari stok sayuran buat buah hatinya. "Untuk Keitaro, aku paling sering beli bayam, wortel, tomat, buncis, dan brokoli."
Sumber protein berupa daging dan ayam untuk anaknya, juga diusahakan memakai yang organik. "Ayam organik juga lebih tahan lama. Kalau menyimpannya bagus, bisa tahan sampai dua minggu. Tapi pernah juga, sih, kehabisan stok ayam organik. Akhirnya terpaksa pakai ayam kampung yang bebas suntikan hormon," kisahnya.
Soal harga yang lebih mahal, Lucy mengaku tidak terlalu mempermasalahkan. Demi anaknya, ia ingin mengupayakan yang terbaik. Jadi, beda Rp 5.000 hingga Rp 10.000, "Enggak masalah. Untuk masalah kesehatan, kita tidak usah lihat harga lagi, deh. Siapa lagi yang menghargai diri kita selain kita sendiri? Jadi, menurut aku, antara harga dan efek positif yang kita dapat, seimbang," kata Lucy yang dalam hal ini mendapat dukungan dari suami.
Targetnya, untuk Keitaro ia akan terus memberi asupan organik minimal sampai usia 5 tahun. Pasalnya, kalau sudah masuk usia sekolah SD, "Anak mulai berteman dan tahu jajan. Tidak bisa setiap saat kita mengontrol."
Masalah khasiat makanan organik, tambah Lucy, tak bisa dirasakan dalam sekejap. "Baru terasa dalam jangka waktu panjang. Mungkin 5-6 tahun lagi baru terasa, kita tidak rentan terhadap penyakit darah tinggi, jantung, kolesterol, dan sebagainya. Jadi, hitung-hitung menabung untuk hari depan yang lebih sehat, deh."
Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea
Label:
artikel kesehatan,
GFO,
Makanan Organik,
Melilea,
susu kedelai,
tips sehat
Tips Hidup Sehat Melilea
Sukses Menjadi Konsultan Kesehatan Bersama Farida Ningsih Seorang Leader Melilea Konsultan Call: 021-73888872
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea
Submit to Social Websites
Bisnis Organik Konsultasi Kesehatan Tips Hidup Sehat Melilea
Submit to Social Websites
Label:
artikel kesehatan,
GFO,
Makanan Organik,
Melilea,
susu kedelai,
tips sehat
Langganan:
Postingan (Atom)